This Blog Info

Searchin' for Korean artists profile? See : profil.
Need a download link? See: DOWNLOAD FREE MP3 HERE!!!
Want to sing along with your dearest artists? See: Korean Song Lyrics
And if you need any help, you can check: HELP

Kamis, 25 Februari 2010

Yuri & Five Pearl - Prolog - 1



this novel is: (C) 2009 by Kania Caroline



Prolog


YURI mengelap air matanya. Walaupun hari sudah sore, Yuri masih tidak mau beranjak dan masih berlutut di dekat nisan abangnya, Hyunsoo. Perasaan sedih dan merasa bersalah berkecamuk di dada Yuri yang masih duduk di kelas 3 SMP. Karena kelalaiannya saat menyebrang, nyawa keluarga satu-satunya melayang. Hyunsoo tadi melompat dari pinggir trotoar untuk mendorong Yuri. Akhirnya, Hyunsoo yang jadi dijemput maut ditabrak truk.

Kini, Yuri harus bisa hidup sebatang kara. Sejak kecil, Yuri diasuh oleh abangnya itu. Walaupun jenjang usia antara mereka cukup jauh, Yuri sangat dekat dengan abangnya, bahkan Yuri sudah menganggapnya sebagai Ayah—walaupun Yuri tidak tahu bagaimana rasanya memiliki Ayah.

“Yuri, cepat, kereta kita sudah mau berangkat,” sahut bibi Yuri, Yuna, dari jauh. Dengan berat hati, Yuri akhirnya menghampiri sang bibi. Mereka berdua lalu menaiki kereta menuju Ibukota, Seoul.

***

KONSER FIVE PEARL berjalan mulus. Halaman SMA Neul Paran dipenuhi oleh lebih dari 1.000 penonton. Walaupun cuaca mendung, mereka masih semangat loncat-loncat, mengikuti irama pop rock yang dibawakan oleh grupband SMA yang eksis sejak 2 tahun yang lalu itu.

Para gadis histeris melihat sang vokalis, Hyunjae melempar scarf kotak-kotak merah-nya ke arah penonton. Jaejin, sang gitaris tidak mau kalah. Dia menambah kecepatan dalam petikan gitarnya. Aksi Jaejin diikuti oleh Junsoo, gitaris dua, dan Doojin di bass. Minhwan, sang drummer cuman tertawa melihat aksi keempat temannya. Karena tidak bisa menambah atau mengurangi ketukan, Minhwan lalu melempar stik drumnya ke atas dan menangkapnya kembali.

Satu jam berlalu, konser FIVE PEARL pun selesai dan diakhiri dengan tepuk tangan yang membahana dari halaman dan bahkan, seisi sekolah. Kelima anggota lalu berdiri sederet di mulut panggung, dan membungkukan badan.

“FIVE PEARL, fighting!” begitu yel-yel mereka.

***


Neul Paran

Masih dengan langkah kaki yang berat, Yuri memaksakan dirinya berangkat ke sekolah. Dengan seragam kemeja putih dan rok kotak-kotak hitam abu-abu, Yuri pun pergi ke SMA barunya, SMA Neul Paran yang letaknya hanya 4 blok dari apartemen yang ditinggalinya bersama Yuna.
“Annyong haseo, ajussi,” sapanya kepada seorang kakek yang sedang mempersiap-kan tokonya. Kakek itu tersenyum menyapa sapaan Yuri.
“Mau pergi ke sekolah?” tanya kakek itu dijawab Yuri dengan anggukan.
“Hati-hati ya,” lanjut kakek itu. Yuri membungkukan badan tanda terima kasih, dan berjalan lagi. Kakek tadi mengigatkannya kepada almarhum kakeknya. Perasaan Yuri terasa lebih baik. Yuri lalu menarik napas dalam-dalam, dan mencoba berjalan dengan pasti.

Baiklah, kata Abang, mulai hari demi hari dengan senyuman! Yuri berbisik kepada dirinya sendiri. Tetapi tiba-tiba perasaannya tidak enak saat dia melihat seorang bapak-bapak dengan gontai berjalan ke arahnya. Sepertinya bapak itu mabuk.

“Halo, gadis manis...” rayu bapak itu membuat Yuri semakin takut, dan mundur beberapa langkah, berusaha menjaga jarak. Tiba-tiba bapak itu mencengkram bahu Yuri dengan kuat. Yuri semakin gemetar. Dia menutup matanya.

BRAK!

“Hah?!” Yuri membuka matanya, dan melihat bapak itu sudah tersungkur jauh darinya. Kini, gantinya di depan Yuri ada seorang pemuda dengan rambut gaya anak band, memakai scarf hitam—kelihatannya seperti anak bandel, soalnya tidak memakai dasi, tidak mengancing jas dan tidak memasukkan kemeja ke dalam celana—sedang mencibir ke arah bapak itu.

Deg deg deg deg

Jantung Yuri makin berdetak kencang ketika pemuda itu berbalik ke arahnya, dan bagai ada cahaya yang menyinari, Yuri menyipitkan matanya saking silau.

“Kamu nggak apa-apa? Murid SMA Neul Paran ya? Mau jalan sama-sama nggak?” tanya pemuda itu ramah. Takut bertemu dengan orang mabuk lagi, Yuri jadi mengiyakan ajakan pemuda itu.

“Namamu siapa?” pemuda itu mengejutkan Yuri dengan pertanyaannya. Yuri dari-tadi berusaha untuk tidak menyamakan langkah agar sederet, tetapi entah mengapa, justru pemuda itu jadi berjalan melambat agar langkah mereka barengan.

Dengan ragu-ragu, Yuri menjawab, “a... Yuri...”

“Ooh, Yuri! Jangan takut dong,” pemuda itu menyengir, membuat jantung Yuri hampir meledak (soalnya cengirannya manis banget), “namaku Hyunjae. Aku juga murid SMA Neul Paran, cuman sudah tingkat 3. Selamat datang di Neul Paran!”
Yuri pun tersenyum lega.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar