Yuna sedang sangat senang hari ini. Dia dengan kagum melihat gaun penganten yang dipajang di lemarinya. Hari ini, Yuna berencana mengejutkan Yuri dengan gaun desainnya tersebut. Eri di sebelahnya, juga memandangi gaun berhiaskan mutiara itu dengan terkagum-kagum.
“Bagus sekali desainmu,” puji Eri. Yuna mengangguk bangga. “Kita memang harus sudah menyiapkan segalanya. Lusa, saat keponakanmu itu berulang tahun ke-17, kita akan mengungumkannya kepada seluruh para hadirin bahwa mereka akan menikah bulan depan. Bagaimana?”
“Siip,” jawab Yuna senang.
“Aku pulang,” kata Yuri dengan suara serak. Yuna menyambut Yuri dengan senang luar biasa, sampai membuat Yuri curiga. “Kenapa bibi begitu senang? Ada kejadian dengan Siwon dan THAEYANGI?” tebak Yuri.
Yuna menggelengkan kepalanya, pura-pura tidak ada kejadian apa-apa, padahal lusa akan ada event yang sangat besar sekali. “Bibi cuman senang, lusa adalah hari ulang tahun-mu yang ke-17 tahun. Bibi sudah memesan tempat di restoran, mengundang teman-teman sekolahmu dan relasi bibi dari kantor...!”
“Biasanya, kalau di sinetron, pesta ulang tahun sekalian dengan pengunguman bahwa akan ada yang menikah...” Yuri menyipitkan matanya melihat Yuna yang salting, “tetapi pestaku tidak begitu, ‘kan bi?”
“Oh... tentu tidak!!” Yuna kembali mengolah kata-kata, “masa bibi sekejam itu sama kamu, padahal kamu masih kelas 1 SMA? Sudahlah, jangan dipikirkan. Masalah tentang tunangan itu, bisa kita bicarakan lagi nanti...”
“Oh, oke,” Yuri masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak ingin pusing memikirkan tentang pertunangannya. Mau ada pengunguman pernikahan tidak apa-apa, toh, audisi SM bertepatan dengan ulang tahunnya.
***
Hari ini, kelas 10.8 mengadakan tamasya ke Insa-dong, salah satu pusat pembelanjaan terbesar di Korea, dan di mana kita bisa berbelanja sepuas hati. Namun Yuri merasa tidak semangat, karena dia sangat pusing memikirkan seperti apa audisi esok hari. Yuri cuman berjalan tanpa arah, tanpa ada keinginan untuk berbelanja seperti teman-temannya yang lain.
BRUK!
“Awww...” lagi-lagi Yuri tertabrak orang. Yuri mengangkat wajahnya, dan sangat terkejut mendapati Hyunjae di depannya. Oh ya, Hyunjae-oppa ‘kan ikut klub jurnalis, makanya dia juga ikut ke sini ya, jawab Yuri dalam hati. Hyunjae memang ikut klub jurnalis. Hari ini, klub jurnalis juga ikut ke Insa-dong untuk membuat laporan mengenai para anak muda yang lalu-lalang di sini.
“Aduh, maaf Yuri,” Hyunjae mengangkat Yuri. Yuri tersenyum. Hyunjae sangat ber-debar. Baru kali ini dia merasa, bahwa senyuman Yuri itu sangat manis. Lebih manis daripada senyuman Sarang. Ah, mikir apa aku ini! Hyunjae menepis bayangannya.
“Bagaimana kabar Sarang-onnie?”
Lamunan Hyunjae terpecah. Hatinya tiba-tiba sakit melihat mimik Yuri yang biasa saja saat menanyakan hal itu. Hyunjae mengharapkan Yuri harusnya sedikit sedih atau bagaimana. Tetapi, ternyata gadis di depannya tidak apa-apa.
“Hmm... baik,” jawab Hyunjae pelan, kemudian langsung berbalik, meninggalkan Yuri yang masih bengong. Yuri juga berbalik, namun baru mau berjalan, dari belakang ia di-peluk oleh seseorang.
“KYAAAA!!” teriak Yuri. Yuri kagum. Baru kali ini dia bisa berteriak lepas.
“Yu... Yuri, maaf,” Hyunjae melepas pelukannya, lalu kali ini benar-benar pergi. Yuri menarik napas cepat-cepat, dia sangat terkejut.
“Aduh, Hyunjae-oppa...” keluh Yuri dalam hati, kemudian memungut benda hitam yang terjatuh saat Hyunjae tadi pergi. Hmm? Yuri heran melihat fotonya di dompet Hyunjae itu. Jangan-jangan... Hyunjae-oppa, benar-benar mencintaiku?
Hyunjae menghempaskan dirinya di kursi di sebuah restoran makanan barat yang cukup ramai. Dia memandang ke sekelilingnya, melihat banyak pasangan SMU yang sedang makan bersama. Dadanya sesak.
“Mau pesan apa?” tanya seorang waitress.
“Tolong sebotol soju,” jawab Hyunjae tanpa berpikir. Soju adalah arak Korea. Dan dia belum cukup umur untuk meminumnya. Sang waitress tampak heran melihat seorang anak SMU meminta soju. “Sudahlah, cepat sediakan,” protes Hyunjae. Waitress itu langsung pergi ke dapur, dan kembali dengan membawa sebotol soju.
“Terima kasih,” kata Hyunjae dan menegak soju langsung dari botolnya. Dia benar-benar sedih.
***
Yuri melihat ke kanan-kirinya, kadang-kadang mengintip ke beberapa kedai, me-nanyakan orang-orang yang ia lewati. Tetapi dia belum menemukan Hyunjae dari tadi siang, dan sekarang matahari sudah berpulang, digantikan oleh bulan.
Sebenarnya Yuri bisa saja langsung pulang bersama teman-temannya tadi, tetapi entah kenapa, perasaan Yuri mengatakan bahwa dia harus bertemu dengan Hyunjae. Yuri adalah anak baru di Seoul. Jadi Yuri yang belum pernah ke Insa-dong, kini harus benar-benar bisa menerima bahwa dirinya nyasar.
Aduh, pengen sok heroic nyari Hyunjae-oppa, tapi yang ada malah nyasar, keluh Yuri sambil menyeka keringatnya gara-gara tadi dia berlari terus. Dia masih mencari-cari sosok Hyunjae. Sampai akhirnya dia melihat seorang cowok keluar dari restoran makanan barat, sambil terhuyung-huyung. Jalannya tidak menentu.
“Oppa!!” Yuri menghampiri Hyunjae, dan memapahnya ke bangku kayu terdekat. Hyunjae langsung jatuh terduduk. Yuri duduk di sebelahnya, kemudian memberikannya air mineral. “Hah? Kok oppa bau soju, sih?” tanya Yuri. Hyunjae terdiam, sambil menyenderkan kepalanya ke besi kursi. Kayaknya dia menangis, batin Yuri ketika melihat mata Hyunjae yang sembap. Hyunjae terlelap.
Melihat Hyunjae yang tertidur nyenyak, Yuri keikutan terlelap. Dia sangat capek ber-lari daritadi. Yuri menyenderkan kepalanya ke punggung Hyunjae. Dia sangat tenang sekarang, karena akhirnya dia menemukan Hyunjae.
Yuri...
Ri... Yuri?
Yuri terbangun karena badannya digoncang-goncang. “Hah? Di mana ini? Jam berapa ini?!” tanya Yuri panik. Dia tambah panik ketika tidak melihat Hyunjae di sebelahnya. Cowok itu sudah hilang.
“Yuri?”
Yuri melihat cowok di depannya. Siwon. Raut wajah Siwon tampak khawatir. Jalanan Insa-dong mendadak sepi. Yuri melihat jam tangannya, sudah pukul 3 pagi. “Siwon? Kok kamu ada di sini?” tanya Yuri. Oh ya, dia ‘kan ketua OSIS. Jadi pasti dia ikut, dong. Tapi kok, jam segini dia belum pulang? tanya-jawab Yuri dalam hati.
“Aku nyariin kamu daritadi, Yuna panik karena kamu belum pulang,” jawab Siwon seakan-akan dia mengetahui isi hati Yuri. “Aku tanya ke Pak So, katanya kelasmu ke Insa-dong. Ya sudah, aku nyari ke sini.”
“Siwon ngeliat Hyunjae-oppa?” tanya Yuri dijawab gelengan Siwon.
“Kamu sendirian kok,” jawab Siwon, sambil membantu Yuri berdiri. “Yuk, kuantar pulang sebelum bibimu itu benar-benar panik.”
Yuri masih melihat ke sekelilingnya sambil berjalan mengikuti Siwon. Hyunjae-oppa... ke mana?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar