This Blog Info

Searchin' for Korean artists profile? See : profil.
Need a download link? See: DOWNLOAD FREE MP3 HERE!!!
Want to sing along with your dearest artists? See: Korean Song Lyrics
And if you need any help, you can check: HELP

Jumat, 12 November 2010

Yuri & Five Pearl - "Yujae (Yuri & Jaejin)"

Yuri menatap lurus ke depan, sambil senyam-senyum sendiri. Aku memang lagi jatuh cinta, bisik Yuri dalam hati. Yuna bahkan sampai heran melihat keponakannya itu. Makanan di depannya yang merupakan favorit Yuri bahkan tidak disentuh oleh gadis itu.

“Yuri... pasti kamu senang karena ditunangkan dengan Siwon, ya?” tanya Yuna mem-buat Yuri tersadar dari lamunannya, dan langsung menatap Yuna malas. “Ah, jangan bohong deh. Bibi tahu itu. Kamu senyam-senyum daritadi pasti sedang memikirkan Siwon, ‘kan? Hah? Hah?”

Yuri berusaha menghindari sikutan bibinya. “Enggak, bi. Aku lagi memikirkan Jaejin. J. a . e . j . i . n.”

Yuna nyaris memotong tangannya dengan pisau dapur. Yuri tidak percaya melihat bibinya itu. “Hah? Siapa tuh Jaejin?” Yuna kembali melanjutkan memotong lobak. “Rasanya bibi tidak pernah mendengarnya. Siapa tuh? Temanmu di SMA?”

“Ya, betul bi,” Yuri menyendok nasi dan memasukannya ke dalam mulutnya. “Dia cakep, baik... dan aku sedang pacaran dengannya.”

BRAK!

Irisan lobak memantul ke segala arah. Yuri merasakan aura mengancam dari bibinya yang sudah berhenti memotong lobak. Terdengar helaan napas panjang dari Yuna. Beberapa saat kemudian, Yuna mengambil irisan lobak yang akhirnya berhenti di dekatnya lagi, dan kembali memotong lobak. Yuri mengambil mangkok isi nasi, dan berlari menuju kamarnya.

Jaejin memandangi sebuah pigura di meja belajarnya. Di pigura bewarna hitam itu, terdapat FIVE PEARL yang masih duduk di SMP, dengan latar belakang Seongsan Sunrise Peak. Di situ terlihat mereka berlima sedang tersenyum senang. Bahagia. Jaejin kemudian membalikkan pigura itu, dan beralih ke HP yang sedang ia pegang.

Wallpaper yang menghiasi layar HP Jaejin adalah foto Yuri yang diambilnya diam-diam saat Yuri baru masuk di SMA Neul Paran. Yuri sedang memunguti sampah, sambil menyeka keringatnya. Jaejin tertawa kecil. Ia mengingat Yuri saat itu sedang menjalani hukuman karena terlambat. Tiba-tiba, SMS masuk.

Jaejin-oppa. Minhwan-oppa dtg ke rumah dengan menangis.

kenapa?

Yuri

***

Yuri menepuk-nepuk punggung Minhwan yang sedang menangis di dekapan Yuri. Yuna keheranan, namun ia berusaha untuk tidak ikut campur, melainkan sedang sibuk di telepon bersama Eri di ujung satunya.

“Minhwan—oppa... kok menangis?” tanya Yuri. Minhwan masih sesegukan, tidak mau menjawab, melainkan makin dalam membenamkan diri ke dalam dekapan Yuri. Yuri menyerah. Daritadi ia sudah menanyakan pertanyaan yang sama berulang-kali. Yuri capek. Dia akhirnya memilih diam.

“Siapa kamu?” tanya Yuna di luar, terdengar sayup-sayup di telinga Yuri.

“Saya teman Yuri, bibi. Ingin bertemu dengannya sebentar,” jawab cowok satunya. Yuna pun dengan berat hati mengijinkan. Pintu kamar pun terbuka. Senyuman Yuri merekah ketika melihat Jaejin masuk ke dalam kamarnya.

“Jaejin—hyung!!!” sahut Minhwan gembira dan segera memeluk Jaejin.

Jaejin mengelus punggung Minhwan pelan, dan tersenyum ke arah Yuri, namun di-balas dengan gembungan pipi Yuri. “Yuri... ngambek ya?” tanya Jaejin kepada Yuri yang masih menggembungkan pipinya.

“Iya.”

“Kenapa?”

“Habis, tadi di luar oppa bilang kita cuman temenan,” keluh Yuri. Jaejin tertawa garing.

“Ha-ha-ha..., kalau misalnya aku bilang aku pacarnya kamu, bisa-bisa nanti aku di-depak keluar dong,” jawab Jaejin. Yuri ikut tertawa. “Minhwan... kenapa kamu menangis?” tanya Jaejin kepada Minhwan.

“Kenapa Jaejin-hyung keluar dari FIVE PEARL?” rengek Minhwan, mengejutkan Yuri. “Minhwan nggak mau kalau misalnya di FIVE PEARL nggak ada hyung. Sepi dong!!!” Rengekan Minhwan makin keras. Jaejin berusaha menenangkannya. Yuri meminta penjelasan.

Sementara itu, di rumah Doojin juga terjadi keributan.

“Kamu menyuruh agar posisi Jaejin digantikan olehNYA?” Junsoo menunjuk Sarang. Hyunjae mengangguk pelan. Doojin dan Junsoo memastikan bahwa Hyunjae sudah sinting. Sangat sinting. “Kamu mengira, segampang itukah, menerima DIA?”

“Jangan menyudutkan Sarang, Junsoo!” tandas Hyunjae. Sarang yang ada di dekat mereka, cuman menunduk sedih. “Audisi SM sebentar lagi, dan Jaejin itu belum ada kabar juga.”

“Itu SEMUA karena KAMU ‘kan?” balas Doojin. Hyunjae terdiam.

“Jangan seenaknya mengubah sesuatu yang sudah pasti, Jae,” lanjut Junsoo, “FIVE PEARL itu didirikan sendiri oleh Jaejin, dan kamu seenaknya saja menggantikan posisi leader kita itu dengan Sarang?”

“Aku tahu ini salah, Soo...

“Terus kenapa kamu masih bersikeras?!”

“Ini semua untuk menyelamatkan FIVE PEARL!” jawab Hyunjae setengah berteriak.

Yuri manggut-manggut tepat setelah Jaejin menyelesaikan ceritanya. Yuri jadi makin tambah merasa bersalah, telah membuat perpecahan di antara mereka berdua. Tetapi, Jaejin dan Minhwan berkata bahwa itu bukan salah Yuri, dan bukanlah salah siapa-siapa.

“Dan begini, Yuri... bagaimana kalau kita ikut audisi itu juga? kita bisa membuat duo, aku di posisi gitar dan kamu di posisi vokal,” usul Jaejin. Yuri dan Minhwan terkejut. Yuri ingin sekali menolak, tetapi Jaejin terlihat sangat mengharapkannya. Dan yang bisa menjadi jawaban Yuri tidak lain adalah ya.

“Bagus! Kita namakan duo kita Yujae ya, singkatan dari Yuri dan Jaejin. Kita mulai latihan, besok.”

Yuri menelan ludah. Menyanyi? Oh, itu sama saja dengan membunuh diri.

***

“Oke, Yuri... coba nyanyikan satu lagu yang kamu bisa,” pinta Jaejin. Kini mereka berdua sedang berada di rumah Jaejin. Sepulang sekolah, mulai hari ini, Jaejin memberikan les privat bina vokalia kepada Yuri.

“Eng... ada satu lagu yang kusuka. Aku sering menyanyikannya di Gereja,” jawab Yuri, “judulnya Amazing Grace.”

“Oh, Amazing Grace. Ayo, nyanyikan!” pinta Jaejin. Yuri mengambil napas dalam-dalam. Dulu, dia dan Hyunsoo sering menyanyikannya saat Natal. Tapi waktu itu Yuri masih bocah, dan Yuri tidak tahu apakah suaranya bagus. Paling, kalau bocah, yang dinilai itu dari keberaniannya tampil ‘kan, bukan kualitas suaranya?

Jadi... 1... 2... 3...

Amazing Grace... how sweet the sound, that saved a wretch like me... I once was lost but now I’m found was blind but now I see...,” Yuri menyanyikannya bagus sampai saat ini, “amazing grace, how sweet the sound, that saved a wretch like me...

Yuri langsung batuk-batuk. Jaejin di depannya menghela napas sebentar.

“Kamu ngambil nadanya ketinggian. Kamu nggak takut ‘kan, sama aku?

Yuri menggeleng.

“Kalau begitu, rileks dong,” Jaejin menurunkan bahu Yuri yang memang menegang, “coba jangan terlalu ngambil oktaf tinggi. Rendahkan beberapa oktaf, kemudian coba nyanyi-kan kembali.”

Yuri bingung. Jaejin kemudian berpikir sebentar. “Kalau begitu, coba teriak,” pinta Jaejin. Kok permintaan Jaejin semakin aneh, sih, keluh Yuri. Namun, karena ditunggu oleh Jaejin, Yuri pun berteriak.

“AAAAA!!!!”

Jaejin tersenyum simpul. “Kamu teriaknya... kurang bebas, ya.”

Yuri melongos lemas, dan langsung terduduk di sofa sebelahnya, “sudahlah, oppa. Ide ini memang sangat mustahil untuk dilakukan. Aku nggak bisa menyanyi. Oppa cari saja pendamping lain.”

“Hah? Bukannya kamu pacarku?” tanya Jaejin mengejutkan Yuri. Jaejin menatap Yuri dengan memohon. “Yuk, coba Ri. Kamu bisa, aku tahu. Kamu cuman nggak ada usaha saja. Bagaimana kalau dengan lagu ini?”

Yuri heran melihat judulnya Mary Had A Little Lamb. Rasanya ia pernah mendengar lagu ini. Oh, ya! Lagu TK! jawabnya dalam hati. “Anu, Jaejin—oppa, ini bukannya lagu TK?” tanya Yuri.

Jaejin mengangguk. “Iya. Kenapa? Kamu pikir lagu TK itu tidak ada teknik menyanyi-nya sama sekali?”

“Bukan begitu...—“

“Kalau begitu, nyanyikanlah!” tegas Jaejin galak.

Aduh, oppa kok tiba-tiba jadi galak sih?! batin Yuri agak takut. Kemudian mengambil napas dalam-dalam, memulai menyanyi.

***

Sementara itu, di studio FIVE PEARL di rumah Doojin, suara musik masih terdengar sampai pukul 11 malam. Hyunjae berusaha menyanyikan lagu yang diciptakan oleh Doojin. Lagunya sangat susah, apalagi temponya yang cepat, dan sang pembuat tempo sedang hilang entah ke mana.

“Stop!!!” sahut Hyunjae tepat di depan mikrofonnya, membuat dengungan kecil. “Duh, Doojin! Kamu mau membunuhku, ya? Lagu ini super-duper susah dinyanyikan, tauk!”
“Kamunya aja yang udah kebanyakan nangis,” ejek Doojin, masih sibuk dengan bass-nya. Hyunjae mendengus kesal, dan menghampiri Sarang yang sudah memakaikan gitar di bahunya.

“Bagaimana denganmu, Sa?” tanya Hyunjae. Sarang membuat tanda ‘ok’ dengan jari-nya. Tidak terasa, minggu depan adalah hari audisi. FIVE PEARL begitu tegang. Apalagi dengan anggota baru—eh, pengganti di band mereka, semuanya yang biasanya terasa ringan, menjadi terasa sangat-sangat berat.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar