Thaeyangi
Siwon membaca laporan di depannya. Pemuda yang masih berusia 17 tahun itu, ter-paksa menggantikan Ayahnya, Mr. Choi, jadi direktur perusahaan elektronik terbesar kedua di Korea setelah SAMSUNG, THAEYANGI (p.s: hanya di dalam novel ini). Mr. Choi harus berhenti bekerja dua bulan yang lalu karena penyakit yang dideritanya. Dia jadi harus selalu beristirahat di rumah, diinfus dan makan makanan dari dokter.
“Nyonya Han, saya khawatir, kalau grafik penjualan kita di bulan lalu bukan seperti ini...,” kata Siwon mengejutkan seorang wanita berusia 30-an, yang memakai blazer dan hiasan sederhana. “Apakah saya masih bisa mempercayai Anda di bidang keuangan perusahaan ini?”
Nyonya Han cuman tersenyum kecut, dan mengundurkan diri dari ruangan Siwon. “Dan Tuan Lee, memangnya kita pernah memproduksi HP seri Thae yang bisa facebook dan twitter secara bersamaan? Saya ingat, tidak.”
Tuan Lee, pria berusia setengah baya juga hanya bisa tersenyum kecut, lalu keluar dari ruangan sambil mengendorkan dasinya.
“Dan Nyonya Park, maaf. Usulanmu untuk mengganti logo THAEYANGI ditolak. Memang bagus, namun rasanya kemaren kita baru mengganti logonya.”
Nyonya Park, yang bekerja di bagian desain grafis dan iklan, langsung keluar dari ruangan sambil setengah berlari. Yang tinggal hanyalah Tuan Lim.
“Tuan Lim, hanya Anda yang bekerja bagus,” Siwon membuat Tuan Lim tersenyum bangga, “tetapi, jangan sampai prestasi Anda ini jadi menghambat kemajuan perusahaan THAEYANGI karena... saya merasa ada persengkongkolan di sini?”
BRAK
Tuan Lim membanting pintu ruangan Siwon. Siwon melepas kacamatanya, menyenderkan badannya dan menarik napas panjang. Entah mengapa, Siwon merasa belum siap untuk memimpin perusahaan sebesar ini. Siwon lalu beranjak dari duduknya, dan mengintip keluar ruangannya dari celah tirai yang terbuka sedikit.
Enak sekali mereka, batin Siwon iri ketika melihat beberapa siswa dan siswi ber-seragam SMA sedang makan bersama-sama di restoran. Ingin sekali Siwon juga bisa melakukan hal itu, tetapi kenyataan tidak memperbolehkannya. Memang Siwon sangat sayang kepada Ayahnya, namun apakah memang harus Siwon yang memimpin perusahaan ini?
“Tuan muda Choi,” Siwon kaget, dan menoleh ke belakang. Ada seorang wanita yang merupakan serketaris Ayahnya dulu. “Tuan besar Choi memperbolehkan Anda pulang, nanti segalanya biar saya yang urus.”
Seketika itu juga, perasaan Siwon jadi senang sekali. “Benarkah? Baiklah kalau begitu, Nyonya Kim, aku serahkan padamu!” Siwon langsung menyabet jasnya dari gantungan jas, menenteng ranselnya dan keluar dari ruangannya dengan ngebut.
***
FIVE PEARL sama-sama termenung. Mereka berlima saling terdiam di dalam satu ruangan yang cukup besar dengan peredam suara dan segala alat musik. Ya, itu studio FIVE PEARL, yang berada di rumah Doojin.
“Bagaimana? Kita ikut, nggak?” tanya Minhwan memecah keheningan di antara mereka. Mereka sama-sama sedang memandangi brosur bertuliskan SOUL MUSIC COMPETITION 2009—yaitu sebuah kompetisi grupband di Seoul. First prize-nya, adalah dikontrak 3 album oleh perusahaan musik yang menyelenggarakan, Soul Music, atau akrab disebut SM.
“Mau sih...” jawab Doojin, namun dengan nada tidak yakin, “tapi pasti lawan kita pada lebih hebat daripada kita! Lihat saja grupband NIGHTMARE dari SMA Nadam! Pas lagi ada pensi di sekolah kita, mereka mainnya bagus banget, tauk!”
“Iya, apalagi grupband cewek-cewek ROGALS dari SMA Putri St. Gabriella! Mereka rock banget!” tambah Jaejin.
“Memangnya kalian pikir, FIVE PEARL lebih buruk daripada mereka?” celetuk Junsoo. Keempat temannya yang tadi ribut, mendadak diam. “Kalian ini bagaimana sih, udah mengira yang tidak-tidak. Kalau kalian berpikir seperti itu daritadi, buat apa kita pusing memikirkan apakah kita harus ikut atau tidak? Nggak usah ikut aja, daripada jadi pusing.”
“... Jun... Junsoo...” Hyunjae kaget banget mendengar perkataan Junsoo yang sangat menembus hati, “kami bukannya berpikir bahwa FIVE PEARL itu jelek. Tentu saja tidak, dan tidak akan pernah sampai kapanpun! Kami cuman takut kalau...”
“Kalau takut, ya, latihan,” potong Junsoo.
Krik krik krik...
Keempat cowok lainnya terdiam terpaku. Junsoo menghela napas panjang, kemudian mengambil gitarnya dan memainkannya pelan di sudut ruangan.
***
Cat : maaf ya kalau kalian nggak comfort membacanya... habis, susah disetting sih!
This novel is (C) 2009 by Kania Caroline