
Dengan masih memperhatikan kedua batang bunga bakung yang sudah ia masukkan ke dalam vas berisi air dan ia pajang di atas meja belajarnya, Yuri tersenyum-senyum di tempat tidurnya yang berseprei biru, warna kesukaannya. Cubitan Hyunjae pun masih terasa di pipi merahnya.
“Hyunjae...” gumamnya. Nah lho! Kok dia bisa memikirkan Hyunjae segitu lamanya?! Yuri lalu menepuk pipinya sendiri dengan pelan, menyadarkan dia ke dunia nyata. Lalu dia alihkan pandangannya ke sebuah pigura kecil dengan foto Hyunsoo di dalamnya. Di situ, Hyunsoo sedang menggendong Yuri sambil tersenyum riang. Sorot matanya sama dengan Hyunjae, ringan dan tanpa beban.
Hiks, isak Yuri dalam hati. Air mata Yuri membendung, namun dengan cepat Yuri mengelapnya, dan kembali ke pekerjaannya, yaitu membuat PR matematika dari Bu guru Han.
Kriuk... Oh ya ampun, baru makan siang, kok udah laper lagi sih?! protes Yuri sendiri sambil memegangi perutnya yang memang lapar. Yuna sedang keluar. Saat Yuri mem-buka kulkas pun, yang ada cuman roti dan selai, dan sayur mayur. Yuri lalu membuka buku nomor telepon, dan menemukan satu restoran masakan China.
“Annyong haseo, saya ingin memesan dimsum daging,” sapa Yuri di telepon, dijawab dengan ‘baik, tunggu sebentar’. Yuri lalu meletakkan gagang telepon ke tempatnya, dan menunggu di ruang tengah, sambil menonton TV. FT Island sedang manggung di Music Bank, membawakan lagu Barae (My Eyes Only For U). Kalau dipikir-pikir, FIVE PEARL cukup mirip dengan FT Island. Namanya pun ada yang sama, seperti Jaejin dan Minhwan.
“Kebetulan doang kali,” jawab Yuri sendirian.
TING TONG
Yuri membuka pintu rumahnya, dan ia terkejut. Cowok di depannya juga terkejut.
“Hyunjae?” tanya Yuri. Hyunjae, yang memakai seragam restoran China sudah menahan tawanya, dan akhirnya tertawa.
“Hahaha...” Hyunjae tertawa lepas. “Aduh, sudah berapa kali ya, kita ketemu hari ini? Mungkin kita emang jodoh, kali, ya..!!”
Yuri cuman bisa diam, karena dia sangat heran, plus kaget akan perkataan Hyunjae. Hyunjae masih tertawa, namun dihentikan dengan suara rengekan perut Yuri yang sudah kosong. Hyunjae terdiam. Yuri terdiam. Tapi mereka sama-sama tertawa juga, pada akhirnya.
***
Hyunjae terperangah kagum melihat aksi makan Yuri yang sangat spektakuler. Porsi dimsum untuk 5 orang yang baru disajikan semenit yang lalu, kini sudah habis setengahnya. Hyunjae kini sedang duduk di depan Yuri, ‘menikmati’ Yuri yang sedang menikmati dimsum.
“Lah? Hyunjae kenapa tidak makan?” tanya Yuri dengan mulut yang masih penuh. Hyunjae tersenyum sebentar, memegang sumpitnya, mengambil satu dimsum dan mencelup-kannya ke dalam saos.
“Enak ‘kan?” tanya Yuri lagi membuat Hyunjae jadi kaget dan makin penasaran dengan gadis di depannya itu.
“Kamu buas ya,” celetuk Hyunjae membuat Yuri terkejut dan jadi terbatuk-batuk. Aduh! Kenapa Yuri bisa lupa, kalau di depannya sedang ada cowok?! Keren pula! Yuri sudah terbiasa makan bersama abangnya begitu, sih! Lahap, maksudnya!
“Eh, maaf... ini, air!” Hyunjae menyodorkan segelas air mineral, dan langsung disambut oleh Yuri. Setelah selesai acara tersedaknya, Yuri jadi diam saja. Hyunjae jadi heran, dan berpikir, jangan-jangan dia jadi tersedak gara-gara aku nyeletuk tadi?
“Maaf, Yuri! Nggak usah dipikirkan...” Hyunjae menepuk bahu Yuri pelan, “dulu adik perempuanku, Jinju, juga begitu kok! Dia sangat rakus, bahkan makananku juga dilahapnya... aku bukannya mengejekmu, lho, justru aku kagum...”
Yuri makin BT, namun Hyunjae menambahkan, “karena berarti, masakanku enak sekali ‘kan?”
“Hah? Ini semua, kamu yang masak?” Yuri kaget setengah mati. Kalau dilihat sekilas, pasti semua orang berpendapat sama kalau Hyunjae itu tipe siswa yang malas. Tapi ternyata, Hyunjae bisa memasak?! Yuri bahkan tidak bisa memasak, karena setiap hari yang memasak di rumah adalah Hyunsoo.
Hyunjae tersenyum bangga, membuat Yuri tambah kaget. Namun akhirnya Hyunjae tertawa sumringah, “hahaha!!! Kamu kok bisa ketipu sih? Yang masak pasti kokinya, lah! Aku sih nggak bisa masak! Paling cuman ngerebus air!”
***
This novel is (C) 2009 by Kania Caroline
Tidak ada komentar:
Posting Komentar