“Yuri,” panggil Yuna dari luar, dijawab sahutan Yuri dari dalam bilik shower di kamar mandi. “Yuri, ada yang mau bibi bicarakan denganmu. Tolong habis mandi, segera temui bibi di ruang tamu, ya.”
“Baik bi,” jawab Yuri masih saja senang.
Yuna kemudian berjalan menuju ruang tamu, di mana Siwon sedang duduk manis di kursi yang paling dekat dengan pintu keluar. “Siwon, maaf ya memanggilmu subuh-subuh begini. Tunggu sebentar ya, Yuri masih mandi,” kata Yuna. Siwon mengangguk.
Eri di sebelahnya, tersenyum. “Yuna, racikan nokcha-mu memang yang paling best,” puji Eri kepada racikan nokcha Yuna.
“Ah, gomaptda,” jawab Yuna senang.
Siwon merenung.
***
“Kenapa?” tanya Jaejin tepat di ambang pintu rumahnya. Hyunjae di depannya, ter-diam. Di luar, hujan deras. Tetapi Jaejin tidak mempersilahkan Hyunjae masuk.
“Kenapa kamu cium Yuri?” tanya Hyunjae dengan nada suara tinggi. Jaejin tidak tampak terkejut, dia justru mendengus meremehkan.
“Memangnya kenapa? Kan kamu udah nggak ada apa-apa sama Yuri,” jawab Jaejin.
Hyunjae menatap Jaejin sengit, “kamu lupa kalau aku masih suka sama dia?!”
“Terus, Sarang itu, bagimu apa?!” balas Jaejin tidak kalah sengitnya.
Hyunjae menarik napas panjang, dan mengancungkan telunjuknya ke arah Jaejin, “oke! Bagaimana kalau persahabatan kita putus di sini saja?! Ternyata aku sudah salah menganggapmu sebagai teman. Dan aku juga bodoh masih menyukai Yuri!”
Jaejin terdiam. Hatinya lagi-lagi terluka. “Hmm... baiklah. Katakan kepada Junsoo, Doojin dan Minhwan kalau aku berhenti dari FIVE PEARL. Suruh Sarang yang juga bisa main gitar, mungkin lebih bagus daripadaku, itu, menggantikanku!”
BRAK!
Jaejin menutup pintu rumahnya dengan keras. Hyunjae tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Jaejin... keluar dari FIVE PEARL?
***
Yuri kaget melihat Siwon yang sedang duduk di ruang tamu. Beberapa hari ini, setelah kejadian di rumah Siwon, dia tidak pernah melihat ketua OSIS SMA Neul Paran itu di sekolah. Tapi kini, Siwon back with a bang.
Mereka disuruh membicarakan hari pernikahan mereka.
“Bibi?! Aku masih kelas 1 SMA lho..!!” Yuri menekankan semua katanya, tepat di sebelah kuping Yuna agar Yuna sadar bahwa Yuri masih kelas 1 SMA.
“Ma, apa-apaan ini?” Siwon juga protes kepada mamanya. Eri tersenyum. Yuna juga cuman tersenyum. Yuri dan Siwon saling bertatapan dengan perasaan yang bertanya-tanya. Baru kali ini Yuri kesal terhadap bibinya, dan begitu juga Siwon. Siwon yang sangat meng-hormati Eri, kini ingin sekali menyadarkan ibunya.
“Memang kamu ini masih 1 SMA,” kata Yuna kepada Yuri, “tetapi, tunangan ini tidak bisa dibatalkan lagi, lho. Ini perintah dari Ayah Siwon. Kalian berdua ditunangkan agar perusahaan THAEYANGI terselamatkan.”
“Ma?” Siwon meminta penjelasan dari Eri.
Eri mengangguk setuju akan pernyataan Yuna, “betul sekali kata Yuna. Siwon, kamu harus bersedia menikahi Yuri, dan begitu juga Yuri agar perusahaan THAEYANGI terselamat-kan.”
Begitu Siwon dan Eri pergi, Yuri langsung mencerca Yuna dengan banyak pertanyaan. “Kupikir ini cuman becanda, bi! Memangnya aku harus menikah dengan Siwon?! Kenal pun, tidak! Memangnya, THAEYANGI itu, urusan kita, bi?”
“Tentu saja!” bentak Yuna. JLEB. Yuri kaget, baru kali ini sang bibi membentaknya. “Kamu tidak tahu, setelah ayah-ibumu meninggal, akulah yang membiayai hidupmu dan Hyunsoo?! Bibi jadi sampai berhutang ke Ayah Siwon karena abangmu itu mau masuk universitas yang ternama! Apalagi saat kamu masuk RS, dan belum lagi biaya untuk pemakaman abangmu!”
Yuna sadar kalau dia telah salah ngomong, dan berusaha meminta maaf kepada Yuri. Kalimat terakhir terngiang-ngiang di kepala Yuri, dan perasaannya jadi terluka. “Maaf, Yuri... bibi tidak berma—“
“Tidak apa-apa, bi,” sela Yuri untuk kedua-kalinya seumur hidupnya. “Aku tahu, aku telah menyusahkan bibi. Maafkan aku bi. Untuk selanjutnya, aku tidak akan berkata apa-apa.”
Malam hari, Yuna ingin pamit kepada Yuri karena dia harus dinas keesokan harinya. Cuman, Yuri mengurung diri di kamarnya. Tidak mau makan sejak pagi tadi. “Yuri...” Yuna menghampiri pintu kamar Yuri, dan dari pintu kayu yang agak tipis itu, Yuna mendengar isakan Yuri yang pelan, namun perih.
***
Sarang terbelalak setelah mendengar cerita Hyunjae perihal kepergian Jaejin dari FIVE PEARL. Apalagi saat Hyunjae memintanya masuk ke FIVE PEARL sebagai gitaris, untuk menggantikan Jaejin. “Oh, no, no, no. Aku tidak mau,” Sarang mengibas-ibaskan tangannya, lalu kembali menyeruput coca cola di depannya.
“Ayolah, Sa. Kamu tahu ‘kan, FIVE PEARL mau mengikuti audisi SM?” tanya Hyunjae. Sarang mengangguk pelan. “Nah, makanya, bantulah kami!”
Lagi-lagi, HP Hyunjae berdering, dan lagi-lagi perasaan Hyunjae makin buruk karena SMS yang masuk.
Minhwan
Hyunjae, Hyunjae... lagi2 kamu bikin masalah.
aku keluar dari fivepearl.
Doojin
Aku tidak bisa berkata apa-apa, tp aku heran.
kok lagi2 kalian musuhan?
Junsoo
Hyunjae kemudian memberanikan diri. Dia mengetik SMS untuk ketiga temannya dengan cepat.
MAKA KALIAN HARUS MENGHARGAI FIVE PEARL.
SIAPAKAH YANG MENDIRIKAN FIVE PEARL?
JAEJIN.
SIAPAKAH YANG MEMBERIKAN KITA BROSUR UNTUK AUDISI SM?
JAEJIN.
SIAPAKAH ORANG YANG PALING MENJENGKELKAN DI FIVE PEARL,
YANG TELAH MEMBUATKU JADI MUSUHAN DENGANNYA?
JAEJIN.
DAN KARENA ITULAH AKU JADI MERASA BERSALAH.
AKU INGIN MEMINTA MAAF DENGAN MASIH MEMPERTAHANKAN
FIVE PEARL.
Hyunjae
Minhwan yang sedang duduk di dekat drum-nya, kaget melihat huruf-huruf besar di layar HP-nya. Doojin yang sedang berada di restoran Tony Roma’s bersama adiknya, juga kaget dan akhirnya steak iganya jatuh meluncur dari garpu yang dipegangnya. Sementara itu, Junsoo yang sedang mengikuti ujian di satu universitas, jadi salah menjawab.
Ya, mereka harus mempertahankan FIVE PEARL.
***
Yuri terbangun karena dering HP-nya. Dengan malas, Yuri berusaha menggapai HP-nya yang dia taruh di meja di sebelah tempat tidurnya. Ada banyak SMS dari Jaejin. Yuri melihat ke arah jam di dinding. Sudah pukul 10 pagi. Berarti, Yuri tidak masuk sekolah.
Sakit ya?
Jaejin
Yuri... balas dong SMSnya.
aku dtg deh ke rumah ya.
SMS dong alamat rumahmu.
Yuri...
Yuri...
...
...
...
TING TONG
Bunyi bel rumah mengagetkan Yuri yang tadi kembali tidur. Yuri langsung bangun, mencuci mukanya yang sembap karena menangis, dan langsung menuju pintu rumah untuk membukakan.
“Jaejin-oppa?” Yuri terkejut melihat Jaejin yang sudah basah kuyup. Di luar memang hujan deras. Yuri langsung menyuruh Jaejin masuk, dan segera mengambilkan handuk. “Jaejin-oppa kok tahu alamat rumah? Terus... berarti oppa bolos sekolah dong?”
Jaejin mengelap rambutnya yang sedikit dicat keemasan, “hmm? Aku tanya sama hyung-nya Hyunjae. Waktu itu, kalau nggak salah, kamu pernah mesan ke restoran China-nya, ‘kan?”
“Hmm...” Yuri menggumam. Tetapi, pertanyaan keduanya belum dijawab. Jaejin kemudian membuka kemejanya. Yuri langsung menutup matanya, dan berbalik membela-kangi Jaejin.
“Yuri, bisa tolong buatkan teh?” tanya Jaejin. Yuri mengangguk, masih membela-kangi Jaejin, dan buru-buru menuju dapur untuk membuatkan teh. Deg deg deg deg. Jantung Yuri berdebar keras karena tadi Yuri sempat melihat badan Jaejin yang memang bagus.
“Ini, oppa...”
Jaejin menengok ke sebelahnya, dan spontan tertawa hebat gara-gara melihat Yuri yang memakai penutup mata untuk tidur. “Hahahaha...!!!” Jaejin menepuk-nepuk lantai di sebelahnya, “hahaha... Yu... Yuri... ngapain kamu pakai itu, hah?! Jadi lucu banget!!”
Yuri gelagapan, “ma... maaf, oppa!!”
“Oh, gara-gara aku nggak pakai baju ya? Maaf,” Jaejin berusaha mengontrol tawanya, “tapi nggak apa-apa, kok. Jangan malu. Selambat-lambatnya pun, kamu bakal ngeliat aku begini terus kalau kita nanti hidup satu atap.”
Yuri tidak percaya apa yang baru saja Jaejin katakan, begitu pula Jaejin sendiri. Yuri mengambil bantal dari sofa, kemudian menimpukkannya ke punggung Jaejin. Jaejin membalas timpukan Yuri pelan, lalu mereka berdua sama-sama terjatuh dan tertawa senang.
---
(C)2009 by K.C